Powered By Blogger

Selasa, 29 Juni 2010

PERKEMBANGAN BALET

Istilah ballo pertama kali digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli yang kemudian menjadi ballet. Istilah ballet itu sendiri dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne (1581) yang merupakan ballet comique (drama ballet). Balet berakar pada acara pertemuan para ningrat Italia di masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi, nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Prancis. Balet kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Prancis pada masa pemerintahan raja Louise XIV yang sangat mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan kualitas seni tari pada masa itu. Sang raja mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan. Bentuk balet awal berupa sebuah seni panggung di mana adegan-adegannya berupa tarian. Lully lalu mendalami balet opera dan mendirikan sekolah untuk mendidik penari balet profesional yang berhubungan dengan Académie Royale de Musique. Di sekolah tersebut, sistem pendidikannya berdasarkan tata krama ningrat. Abad ke-18 merupakan periode di mana standar teknis balet mnejadi sangat maju. Pada masa ini pula balet menjadi bentukan seni drama yang serius dan setara dengan opera. Kemajuan ini disebabkan oleh karya penting dari Jean-Georges Noverre yang berjudul Lettres sur la danse et les ballets (1760), yang merintis berkembangnya ballet d'action di mana penari diharuskan mengekspresikan karakter dan menampilkan narasi cerita. Musik balet itu sendiri berkembang sangat pesat pada masa itu oleh komponis seperti Christopher Gluck. Abad ke-19 merupakan periode di mana banyak terjadi perubahan sosial. Perubahan ini juga tercermin dalam balet, yang bergeser jauh dari bentukan seni yang sangat ningrat (Balet romantik). Ballerina seperti Marie Taglioni dan Fanny Elssler merintis teknik baru berupa pointe work yang menyebabkan peran ballerina (penari balet wanita) menjadi sangat penting di atas panggung. Sementara itu, para librettist profesional mulai memasukkan cerita dalam balet, dan guru balet seperti Carlo Blasis mengkodifikasi teknik balet sehingga menjadi teknik dasar yang masih digunakan hingga sekarang. Balet mengalami penurunan pamor setelah 1850 di kebanyakan negara barat selain Denmark dan Rusia Sanggar balet Rusia, terutama setelah Perang Dunia II, banyak melakukan tur keliling dunia sehingga menjaga balet tetap hidup di dunia dan banyak dikenal oleh masyarakat umum. Dan sekarang telah banyak muncul tempat les ballet sebagai jawaban banyaknya minat orang terhadapt tari ini. Jadi bagi Anda yang ingin menguasai tari balet bisa belajar di les ballet atau kalau belajar otodidak juga tidak masalah.

SEJARAH TARI BALET

Balet berakar pada acara pertemuan para ningrat Italia di masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi, nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Prancis. Balet kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Prancis pada masa pemerintahan raja Lousi yang sangat mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan kualitas seni tari pada masa itu. Sang raja mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan. Bentuk balet awal berupa sebuah seni panggung di mana adegan-adegannya berupa tarian. Lully lalu mendalami balet opera dan mendirikan sekolah untuk mendidik penari balet profesional yang berhubungan dengan Académie Royale de Musique. Di sekolah tersebut, sistem pendidikannya berdasarkan tata krama ningrat.

Abad ke-18 merupakan periode di mana standar teknis balet mnejadi sangat maju. Pada masa ini pula balet menjadi bentukan seni drama yang serius dan setara dengan opera. Kemajuan ini disebabkan oleh karya penting dari Jean-Georges Noverre yang berjudul Lettres sur la danse et les ballets (1760), yang merintis berkembangnya ballet d'action di mana penari diharuskan mengekspresikan karakter dan menampilkan narasi cerita. Musik balet itu sendiri berkembang sangat pesat pada masa itu oleh komponis . Pada akhir masa itu, opera menjadi terbagi tiga teknik formal yaitu sérieux, demi-caractère dan comique, dan balet turut menjadi bagian di dalam opera sebagai pengantar adegan yang diistilahkan sebagai divertissements.

Abad ke-19 merupakan periode di mana banyak terjadi perubahan sosial. Perubahan ini juga tercermin dalam balet, yang bergeser jauh dari bentukan seni yang sangat ningrat (Balet romantik). Ballerina seperti Marie Taglioli dan Fanny merintis teknik baru berupa pointe workyang menyebabkan peran ballerina (penari balet wanita) menjadi sangat penting di atas panggung. Sementara itu, para librettist profesional mulai memasukkan cerita dalam balet, dan guru balet seperti carlo blassis mengkodifikasi teknik balet sehingga menjadi teknik dasar yang masih digunakan hingga sekarang. Balet mengalami penurunan pamor setelah 1850 di kebanyakan negara barat selain Denmark dan Rusia. Sanggar balet Rusia, terutama setelah Perang Dunia II, banyak melakukan tur keliling dunia sehingga menjaga balet tetap hidup di dunia dan banyak dikenal oleh masyarakat umum.

TARI BALET

Balet adalah nama dari salah satu teknik tarian. Karya tari yang dikoreografi menggunakan teknik ini dinamakan balet, dan meliputi: tarian itu sendiri, mime, akting, dan musik (baik musik orkestra ataupun nyanyian). Balet dapat ditampilkan sendiri atau sebagai bagian dari sebuah opera. Balet terkenal dengan teknik virtuosonya seperti pointe work, dan mengangkat kaki tinggi-tinggi. Teknik balet banyak yang mirip dengan teknik anggar, barangkali karena keduanya mulai berkembang dalam periode yang sama, dan juga karena keduanya membutuhkan teknik keseimbangan dan pergerakan yang mirip.

Istilah ballo pertama kali digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli yang kemudian menjadi ballet. Istilah ballet itu sendiri dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne (1581) yang merupakan ballet comique (drama ballet). Pada tahun yang sama, Fabritio Caroso menerbitkan Il Ballarino, yaitu panduan teknis mengenai menari balet, yang membuat Italia menjadi pusat utama berkembangnya tari balet.

TARI TRADISIONAL JAWA

SERATUS tahun silam, negara kesatuan Republik Indonesia belum terbentuk. Yang ada kelompok- kelompok etnis seperti Jawa, Bali, Minang, dan Melayu yang hidup terpisah-pisah di bawah kekuasaan penjajah Belanda. Sebelum penjajah hadir, penguasa pribumi-raja-raja, terutama Jawa dan Bali- melegitimasikan kekuasaan dan pengaruhnya dengan patronase dan penyelenggara berbagai pertunjukan sebagai bagian dari upacara negara, agama, atau kegiatan rekreasi dan hiburan semata.

Melalui upacara spektakuler seperti garebeg, sekaten, eka dasa rudra, dan galungan para raja menunjukkan kebesarannya. Melalui wacana konsep dewa-raja, ratu gung binathara, gelar kebesaran sayidin panata gama kalifatullah tanah Jawa, rakyat diyakinkan akan kekuasaan dan kebesaran penguasa. Masyarakat Jawa masa lalu terbagi dua kelompok para priyagung dan rakyat biasa (kawula alit). Posisi tak menguntungkan rakyat kecil ini secara tradisi harus diterima dengan patuh tanpa bertanya.

Masuknya penjajah Belanda memperburuk situasi hidup. Raja-raja, penguasa lokal yang didewakan rakyat, tak lagi berkuasa penuh tetapi harus tunduk dan melayani kepentingan penjajah Belanda. Awalnya, para penguasa pribumi secara sporadis melawan Belanda. Mereka berjuang sendiri-sendiri dengan kekuatan ekonomi, militer, teknologi, dan strategi yang tak memadai, karenanya banyak yang tergilas.

Tiga ratus tahun berjuang tanpa hasil, raja-raja Jawa dan Bali kemudian banyak yang pasrah dan memusatkan perhatiannya pada kegiatan gamelan, tari dan wayang, atau mistik. Wacana budaya pada saat ini adalah bertahan hidup. Kebesaran raja-raja Jawa sebenarnya tinggal nama, karena secara politik dan ekonomi mereka sangat bergantung kepada Pemerintah Hindia Belanda. Ada kalanya para raja justru membantu penjajah Belanda mengeksploitasi rakyatnya.

Patronase pertunjukan tari, wayang dan gamelan tetap, walau jumlahnya berkurang. Upacara-upacara besar yang diselenggarakan raja berubah fungsi dari sebuah ritual yang mengandung martabat menjadi hiburan atau klangenan yang lebih mementingkan gebyar wujud daripada esensi isi. Upacara garebeg misalnya, tak lagi diselenggarakan semata-mata untuk keselamatan dan kemakmuran Raja Jawa dan rakyatnya, tetapi juga (dan terutama) untuk Kanjeng Ratu Wilhelmina.

Memasuki abad ke-20, seiring dengan pergerakan nasional, terjadi demokratisasi dan komersialisasi. Seni pertunjukan yang semula dihayati sebagai ekpresi budaya perlahan-lahan berubah menjadi produk atau komoditas. Tontonan keraton yang semula merupakan klangenan kaum ningrat, diproduksi secara populer untuk rakyat biasa. Di Surakarta, Sunan Paku Buwono X membuka Taman Hiburan Sri Wedari dengan pertunjukan wayang orang yang main setiap malam. Masyarakat Surakarta dan sekitarnya (yang masih kuat berorientasi ke budaya istana), menyambut dengan gembira. Melalui pertunjukan wayang orang, mereka bisa mengidentifikasikan dirinya dengan kaum priyayi dan bisa mengagumi kebesaran masa silam. Raja dan rakyat memiliki perasaan yang sama dalam menghadapi penjajah Belanda.

Di Yogyakarta, dengan restu Sultan, perkumpulan tari Krida Beksa Wirama didirikan tahun 1918 dan sejak itu tarian keraton boleh diajarkan kepada rakyat banyak. Upaya meneguhkan legitimasi kekuasaan raja tetap dilakukan dengan patronase pertunjukan gamelan, tari, dan wayang. Selama memerintah (1921-39), Sultan Hamengku Buwono VIII mementaskan 11 lakon wayang orang. Beberapa di antaranya didukung oleh 300-400 seniman dan mengambil waktu 3-4 hari, dari jam 06:00 sampai 23:00.

Di Bali, hadirnya Belanda mendorong seniman tari dan gamelan untuk menciptakan karya-karya sekuler yang setiap saat dapat dimainkan untuk hiburan wisatawan. Gamelan kebyar yang spektakuler dan cemerlang muncul pada awal abad ke-20 dan dengan cepat menyebar dari Bali Utara ke seluruh wilayah Bali. Merespon gamelan kebyar yang tengah digemari, seniman tari desa dari Tabanan, I Mario, menciptakan karya-karya unggul yang sekarang dikenal sebagai tari Kebyar Terompong dan Jago Tarung. Sementara interaksi seniman tari Bali dengan pelukis Jerman Walter Spier, membuahkan tarian Kecak sekular yang kemudian dikenal dengan Monkey Dance.

Hadirnya Pemerintah Hindia Belanda di satu pihak menyengsarakan rakyat, di lain pihak memungkinkan seniman Jawa dan Bali memperkenalkan keseniannya kepada bangsa lain. Rombongan kesenian (gamelan) Jawa pertama ke luar negeri diberangkatkan tahun 1893, ketika pemerintah Hindia Belanda memromosikan hasil perkebunan (teh dan kopi) Jawa ke ekspo kolonial di Chicago, Amerika Serikat. Tak aneh, jika sampai sekarang masyarakat Amerika dan Eropa menyebut kopi dengan istilah "Java".

Dari Bali, rombongan ke luar negeri bersejarah dikirim ke Exposisi Paris pada tahun 1926, di antaranya menampilkan tari Barong-Rangda yang disaksikan oleh tokoh pembaharu teater Perancis kenamaan Antonin Artaud. Terpukau menyaksikan pertarungan Barong-Rangda, Artaud menulis kesan-kesan dan visinya tentang teater baru dalam buku Theatre and Its Double yang berpengaruh luas dalam perkembangan teater dunia.

Orieantalisme

Pertemuan dengan kelompok tari modern pertama dari Amerika Serikat terjadi tahun 1925 ketika rombongan Ruth St Denis (dengan Martha Graham sebagai salah seorang penari) mengadakan pertunjukan di Jakarta. Bisa dimengerti jika pada pertemuan pertama ini interaksi terjadi berat sebelah, seniman-seniman tradisi kita lebih banyak memasok. Sementara Ruth St Denis mendapat ilham menciptakan beberapa karya Orientalis seperti Batik Vendor, Javanese Dancer, dan Balinese Dancer.

Orientalisme (Edward Said, 1989) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh masyarakat terpelajar Eropa-Amerika sebagai alat untuk menginterpretasikan wilayah dan budaya non-Barat (Oriental) seperti Mesir, Timur Tengah, Asia Selatan/India, Cina, Jepang, Korea, Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dalam konsep Orientalisme, masyarakat dan budaya Timur dianggap tidak mampu bersuara mewakili dirinya sendiri. Bahasa budaya, adat kebiasaan, dan sejarahnya dianggap misterius dan tidak terorganisir, dan oleh karena itu terserah bagi Barat untuk melengkapi konteks guna menginterpretasi dan mengkodifikasikannya. Selama beratus tahun masa kolonialisme, hermeneutika, cara memandang dan menilai orang dan budaya Timur yang salah tersebut diterapkan.

Sekalipun demikian dari perempat pertama abad ke-20, pantas dicatat nama seorang seniman Jawa-Yogyakarta yang kemudian menetap di negeri Belanda, RM Jodjana, yang menciptakan karya-karya tari modern yang cukup dipuji di forum dunia. "(Jodjana) dapat membuat wajahnya seperti topeng, menyiratkan ketenangan jiwa yang menunjukkan kemampuannya dalam mengontrol segala bentuk emosi" (The Saturday Review). Dari komentar di atas, tampak sekali kualitas gerak dan ekspresi tari Jawa masih kuat mewarnai pertunjukkan RM Jodjana.

Di Jawa dan Bali pertunjukan tari erat terkait dengan gamelan dan wayang. Empat tahun sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1941, di Keraton Yogyakarta lahir tari baru, yaitu beksan golek Menak yang menurut tradisi diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, lebih tepatnya, barangkali, oleh seniman-seniman keraton Yogya di bawah petunjuk dan patronase Sri Sultan. Tampak bahwa orientasi nilai masyarakat Jawa tradisional kepada kelompok sangat kuat. Orientasi ini menuntut kepatuhan dan penghargaan kepada yang lebih tua dan berkuasa. Di dalam penciptaan seni, orientasi kolektif-daerah dan tuntutan perfeksi-teknik lebih menonjol dari pada kreativitas. Yang juga harus diingat bahwa penciptaan genre baru di dalam konteks tradisi, sering dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen seni pertunjukkan yang sudah ada, seperti tampak dalam wayang golek menak karya Sultan HB IX yang bertolak dari wayang (golek Menak), gamelan, dan tari klasik Jawa gaya Yogyakarta.

Menjelang kemerdekaan, semasa angkatan Pujangga Baru, intelektual dan seniman Indonesia menghadapi dilema, apakah akan mengembangkan budaya Indonesia mengikuti model Barat yang menekankan pentingnya individualisme dan kreativitas, atau model Timur yang memfokus wacana kepada kesadaran kelompok dan perfeksi teknik. Berbeda dengan modernisasi seni sastra, musik dan seni rupa yang mengacu pada model Barat, modernisasi tari dilakukan bertolak dari tradisi lokal. Balet, misalnya, di Indonesia tidak pernah diterima sebagai dasar pengembangan tari secara nasional.

Setelah Indonesia Merdeka

Wacana budaya pada awal kemerdekaan Indonesia adalah menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Kepribadian nasional menjadi isu penting untuk mempersatukan rakyat Indonesia yang berlatar budaya berbeda-beda. Kebudayaan dan kesenian nasional penting tetap konservasi warisan budaya dan identitas daerah juga perlu. Dilema ini selalu menyertai perkembangan tari Indonesia.

Lima tahun setelah proklamasi Kemerdekaan (1950), pemerintah mendirikan Konservatori Karawitan (Kokar yang kemudian menjadi SMKI) yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah. Sekolah menengah kesenian serupa menyusul didirikan di Denpasar, Bandung, Padangpanjang, Makassar, dan Surabaya. Sekolah-sekolah ini mengajarkan berbagai bentuk seni tari, musik, pedalangan, dan teater daerah dari wilayah di mana sekolah-sekolah tersebut didirikan. Dari nama yang dipilih, "konservatori", menunjukkan bahwa perhatian pemerintah terfokus pada konservasi seni tradisi.

Tahun 1955, rombongan tari modern dari Amerika Serikat (Martha Graham) mengadakan pertunjukan di Jakarta. Dua tahun setelah kunjungan Martha Graham, tiga seniman tari muda Indonesia-Bagong Kussudiardja, Wisnu Wardhana, dan Setiarti Kailola-berangkat ke AS untuk mengikuti festival tari musim panas di Connecticut College dan belajar tari modern dari Martha Graham di New York. Setiarti dari Jakarta, berlatar belakang ballet, tetapi Bagong dan Wisnu keduanya penari klasik Jawa-Yogyakarta yang andal. Dari ketiganya yang bertahan dan terus berkarya adalah Bagong Kussudiardja. Salah satu sebabnya, Bagong piawai memadukan bahan-bahan tradisi dari Jawa, Sunda, Bali, tiga di antara banyak puncak-puncak kesenian daerah. Karya-karya epik Bagong (Diponegoro, Jayakarta, Gadjah Mada) yang memadu elemen-elemen budaya daerah dan bersemangat nasionalis serasi dengan wacana budaya pemerintah yang mencari kesenian nasional yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Karya-karya Bagong saat ini dikenal masyarakat luas sebagai tari Indonesia "kreasi baru".

Tahun 1961, Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata (PDPTP) mengambil prakarsa mengadakan pertunjukan kolosal Sendratari Ramayana Prambanan (SRP). Yang menarik, Bagong sempat belajar dengan Martha Graham dan juga seorang pelukis modern, maka karya Bagong lebih memiliki orientasi individual dan kreativitas. Sementara RT Kusumokesowo, mantan abdidalem keraton Surakarta dan pengajar tari klasik Jawa di Kokar Surakarta, dalam berkarya menekankan orientasi kelompok dan lebih menuntut perfeksi teknik sesuai kaidah tradisi.

Berusaha memadukan gaya tari Surakarta, Yogyakarta, dan tari daerah lainnya, format kerja RT Kusumokesowo memang lebih luas. Tetapi cara kerja kreatif dalam Ramayana Prambanan lebih dekat dengan cara kerja tradisi keraton. Sebagai penata tari, RT Kusumokesowo dibantu oleh KRT Wasitodipuro (dari Paku Alaman) dan RL Martopangrawit dari Surakarta di bidang karawitan. Untuk menangani drama atau pengadeganan didampingi oleh RM Ng Bambang Soemodarmoko. Perlu dicatat, pemrakarsa Sendratari Ramayana Prambanan adalah Letjen Djatikusumo yang juga Menteri PDPTP dan salah seorang putra Sunan PB X. Penari, pemain gamelan, penyanyi koor adalah siswa-siswa Kokar (Solo), KONRI (Yogya), serta murid-murid privat para empu tersebut. Penari massal dilatih dari anak-anak muda sekitar Prambanan. Dipentaskan rutin setiap malam purnama selama lima bulan setahun dan enam kali/lakon setiap bulannya, SRP menjadi tempat belajar yang menarik bagi penari-penari muda yang kemudian menjadi tokoh penari, penata tari, dan pemikir tari Indonesia seperti Sardono W Kusumo, Retno Maruti, Sal Murgiyanto, dan Sulistyo S Tirtokusumo.

Genre baru "sendratari" diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi sajian seni wisata yang populer. Dalam tempo dekat sendratari tersebar ke Jawa Timur (Wilwatikta di Pandaan) dan Denpasar, Bali. Bagong Kussudiardja juga menggarap beberapa karyanya dalam bentuk sendratari atau dramatari tanpa dialog. Orientasi cerita masih sangat kuat, saya kira karena pengaruh wayang orang dan wayang kulit. Demikian pula di Bali, genre sendratari menambah perbendaharaan dramatari daerah yang sudah ada. Seperti di Jawa, sendratari di Bali diciptakan bersama oleh sebuah tim yang terdiri dari pengajar, asisten, dan siswa-siswa Kokar Bali di bawah arahan seniman I Wayan Beratha. Pola koreografinya mirip dengan SRP. Kecuali cerita wayang Ramayana yang sangat populer sebagai sajian wisata ditampilkan pula kisah sejarah dan cerita rakyat. Sendratari Bali diiringi gending dan gamelan Bali, dengan gerak, rias, dan kostum yang dikembangkan dari perbendaharaan tradisi yang ada. Bentuk sendratari begitu populer sehingga menjadi acara utama dalam Pekan Kesenian Bali yang berlangsung setiap tahun. Penciptaannya ditangani secara khusus oleh tim artistik gabungan dari Kokar (SMKI) dan ASTI (STSI) Bali. Hasilnya dipentaskan di panggung Werdhi Budaya, Taman Budaya, Denpasar, Bali.

Tahun 1963, pemerintah membuka perguruan tinggi seni tari yang pertama yaitu Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) di Yogyakarta yang kemudian disusul dengan sekolah tinggi serupa di Denpasar, Bandung, Surakarta, Padangpanjang, dan Surabaya. Pada waktu yang bersamaan beberapa pengajar dari sekolah-sekolah tinggi tersebut dikirim belajar (dan mengajar) ke luar negeri sebagian besar ke Amerika Serikat untuk memperluas wawasan dan pendidikan. Akibatnya, kecuali melestarikan berbagai bentuk seni pertunjukan tradisi, di perguruan tinggi seni penulisan, penelitian, dan penciptaan karya baru juga dipacu. Bahan-bahan seni tradisi yang ada ditafsirkan kembali secara kreatif.

Revitalisasi tari

Di Surakarta pada paruh kedua dekade 1960-an pemerintah Orde Baru mendirikan Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) yang bertugas menggali dan merevitalisasi berbagai bentuk seni tradisi: repertoar tari klasik, gending-gending ageng, naskah-naskah lakon, pengetahuan dan praktik pedalangan, dsb. Untuk kurun waktu yang cukup lama (1968-1983), STSI dan PKJT dipimpin oleh Drs Sedyono (Gendon) Humardhani, yang memiliki pengalaman dan wawasan kesenian yang luas. Maka yang terjadi kemudian bukan saja penggalian dan pelestarian berbagai bentuk seni pertunjukan lama, tetapi juga revitalisasi seni tradisi dan penciptaan karya-karya baru dengan bahan tradisi tetapi berorientasi masa kini. Namun hasil karya lulusan STSI baru minimal 10 tahun kemudian tampak.

Setelah Bagong, dua tokoh tari yang muncul pada awal pemerintahan Orde Baru adalah Sardono W Kusumo dan Retno Maruti, keduanya murid RT Kusumokesowo dan penari Ramayana Prambanan. Bersama Bagong, tahun 1964 keduanya terpilih sebagai penari dalam misi kesenian pemerintah ke New York World Fair. Selama di New York, Sardono sempat belajar dengan penata tari Jean Erdmand. Kembali dari New York setahun kemudian, Sardono dan Maruti menetap di Jakarta dan aktif berkarya di Pusat Kesenian Jakarta "Taman Ismail Marzuki" (TIM) yang dibuka Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tahun 1968. Sebuah tonggak penting bagi perkembangan seni tari, wayang, dan gamelan terjadi di Jakarta.

Di TIM Sardono mengadakan sebuah workshop yang diikuti oleh penari-penari andal dari berbagai daerah yang tinggal di Jakarta: Retno Maruti, S. Kardjono, Sentot Sudiharto (Jawa), I Wayan Diya (Bali), Huriah Adam (Minangkabau), Yulianti Parani, dan Farida Oetoyo (ballet). Dalam workshop ini, Sardono tidak mengajarkan teknik gerak melainkan membiarkan setiap penari memakai teknik gerak tari yang dikuasainya. Sardono melatih sensitivitas dan mengeksplorasi gerak secara kreatif melalui improvisasi. Sardono ingin memodernisasikan tari tradisi dengan menginterpretasikannya kembali secara kreatif. Metoda kreatif inilah yang kemudian dilanjutkan Sardono dalam proses penciptaannya bersama penari-penari Jawa yang menghasilkan Samgita I-XII, dan kemudian dilaksanakan di Bali (Cak Rina dan Dongeng dari Dirah), dan pedalaman Kalimantan Timur (Hutan Plastik, Hutan yang Merintih) dan karya-karya kontemporer lainnya.

Kecuali itu, atas prakarsa ketua DKJ, D Djajakusuma, anggota wayang orang Panca Murti (Jakarta) yang bubar, ditampung di TIM dalam wayang orang Jaya Budaya yang dimotori antara lain oleh Sardono W Kusumo, S Kardjono, dan Retno Maruti. Dan ketika para pemain penari Panca Murti bergabung dalam WO Bharata, Retno Maruti mendirikan kelompok tarinya Padneswara. Sementara Maruti setia kepada bentuk dan nilai keindahan tradisi Jawa, Sardono menjelajah berbagai budaya daerah dan menciptakannya kembali dengan interpretasi pribadi. Selesai mengikuti workshop, para peserta workshop kembali menekuni dan merevitalisasi tradisinya masing-masing, tetapi dengan sikap dan semangat baru.

Tahun 1978-87 Dewan Kesenian Jakarta menyelenggarakan Festival Penata Tari Muda yang bukan saja diikuti penata tari dari Jawa (Ben Suharto) dan Bali (I Wayan Dibia) tetapi juga dari Sumatera, Sulawesi dan daerah lain seperti Gusmiati Suid, Tom Ibnu, Deddy Luthan, Wiwiek Sipala, Nurdin Daud, dan Marzuki Hasan. Sebuah tonggak penting yang lain.

Dua forum tari penting dalam dekade terakhir abad ke-20 adalah Indonesian Dance Festival (IDF) yang diselenggarakan bersama oleh Institut Kesenian Jakarta, Yayasan Kesenian Jakarta, dan Dewan Kesenian Jakarta, IDF telah memunculkan penata-penata tari muda seperti Boi G. Sakti, Sukarji Sriman, Mugiyono, Ketut Rina, M Miroto, dan Eko Supriyanto. Kedua, forum Art Summit Indonesia (1995 dan 1998) yang bukan hanya menampilkan karya-karya tari kontemporer Indonesia (Sardono W Kusumo, Gusmiati Suid, Bagong Kussudiardja) tetapi juga karya musik mutakhir yang bertolak dari gamelan (R Supanggah, Suka Hardjana) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

JENIS-JENIS TARI

1. Tari Gantar Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak. Tari Perang

2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

Tari Kancet Ledo

3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong. 4. Tari Kancet Lasan Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon. 5.Tari Leleng Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng. Tari Hudoq

6. Tari Hudoq Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak. 7. Tari Hudoq Kita’ Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita’ dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’ menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah. 8. Tari Serumpai Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu). Tari Belian Bawo

9. Tari Belian Bawo Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq. 10. Tari Kuyang Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut. 11. Tari Pecuk Kina Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun. 12. Tari Datun Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah. 13. Tari Ngerangkau Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu. 14. Tari Baraga’ Bagantar Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Seni tari suku Kutai dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni Seni Tari Rakyat dan Seni Tari Klasik. Seni Tari Rakyat Merupakan kreasi artistik yang timbul ditengah-tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan unsur-unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai. Yang termasuk dalam Seni Tari Rakyat adalah: 1. Tari Jepen Jepen adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan rakyat yang menetap di pesisir sungai Mahakam maupun di daerah pantai. Tarian pergaulan ini biasanya ditarikan berpasang-pasangan, tetapi dapat pula ditarikan secara tunggal. Tari Jepen ini diiringi oleh sebuah nyanyian dan irama musik khas Kutai yang disebut dengan Tingkilan. Alat musiknya terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan ketipung (semacam kendang kecil). Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang masing-masing memiliki gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil dan Tari Jepen Tali. Seni Tari Klasik Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau. Yang termasuk dalam Seni Tari Klasik Kutai adalah: 1. Tari Persembahan Dahulu tarian ini adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap bagus. Tari Ganjur

2. Tari Ganjur Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang). Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo). 3. Tari Kanjar Tarian ini tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan. 4. Tari Topeng Kutai Tari ini asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya. Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut: 01. Penembe 02. Kemindhu 03. Patih 04. Temenggung 05. Kelana 06. Wirun 07. Gunung Sari 08. Panji 09. Rangga 10. Togoq 11. Bota 12. Tembam Tari Dewa Memanah

Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton. 5. Tari Dewa Memanah Tarian ini dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur dan anak panah yang berujung lima. Ponggawa mengelilingi tempat upacara diadakan sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

PENGERTIAN TARI

Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.

Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.

Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.

Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.

Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.

Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.

Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus.

Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.

Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).

Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media telavisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.

Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.

Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara agama dan Adat.

Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.

Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.

Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.

Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.

Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.

Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.

Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.

Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).

Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).

Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.

Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.

Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.

Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.

Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.

Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.

Untuk memperoleh pengertian tari lebih mendalam, maka diperlukan informasi tentang unsur tari, aspek tari, dan pendukung tari melalui sumber media dalam bentuk foto-foto, VCD/DVD serta media lain.


Sabtu, 26 Juni 2010

Meningkatkan Kwalitas Tradisional Musik di Indonesia

Sudah umum diketahui oleh masyarakat Indonesia bahwa negeri ini memiliki budaya musik tradisional yang banyak ragamnya dan juga memiliki karakteristik yang cukup unik. Budaya musik tradisional Indonesia ini merupakan hasil 'local genius' budaya yang sudah berusia cukup lama, bahkan ada yang berusia ratusan tahun. Di beberapa daerah, musik tradisional ini sudah mampu untuk meningkatkan 'jati diri' bangsa bahkan juga menjadi salah satu hal yang membuat ketertarikan wisatawan manca negara untuk berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat di Bali misalnya, seni musik Gamelan Bali bukan hanya diminati oleh para seniman gamelan bali saja, bahkan para generasi muda yaitu anak2 SD, SMP maupun SMA cukup banyak yang menempa dirinya berlatih memainkan alat musik gamelan tersebut. Kompetisi antar sekehe atau group gamelan sudah cukup banyak diselenggarakan bukan saja di dalam satu kabupaten tetapi juga antar kabupaten. Di daerah lain, mungkin intensitas berkesenian musik tradisional ini tidak se'intensif' di Bali, namun tetap saja hal ini menunjukkan bahwa geliat upaya masyarakat untuk mempertahankan tradisinya tetap berlangsung. Tantangan perkembangan teknologi, disatu sisi dapat mendorong pendorong dan penunjang namun disisi yang lain juga menjadi salah satu faktor 'penghambat' perkembangan musik tradisional ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya2 positif dari semua pihak, bukan saja dari budayawan atau seniman musik tradisional tersebut, bahkan dari masyarakat umum untuk memberikan kontribusi nyata agar budaya musik adi luhung ini dapat dipertahankan keberadaannya. Dukungan teknologi dapat diupayakan untuk menghilangkan faktor penghambatnya tetapi memaksimalkan peningkatan kwalitas 'performansi' musik tradisional tersebut, misalnya dengan membuatkan 'rumah musik tradisional' yang di-dedikasikan untuk perkembangan dan peningkatan kwalitas musik tradisional Indonesia ini. 'Rumah musik tradisional' dapat saja berupa apa yang di dunia barat dan modern

Senin, 21 Juni 2010

ARTI MUSIK

Apa arti musik bagi kamu?

Musik adalah sebuah bahasa yang universal yang bisa digunakan oleh siapapun, dengan alat apapun, dan dalam kondisi apapun untuk mengekspresikan situasi atau perasaan.

Bahkan musik mampu untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penyakit yang paling sering dijumpai dan ternyata efektif diobati dengan musik adalah stres. Setelah dipusingkan dengan berbagai aktifitas yang menyita pikiran dan tenaga, ada baiknya kita mengendorkan syaraf dengan mendengarkan musik sehingga pikiran dan syaraf yang tadinya tegang bisa rileks dan tenang. Badanpun terstimulasi untuk menjadi segar kembali.

Bagi kamu yang tidak menyadari hal itu, cobalah dengarkan musik kesukaanmu atau musik yang bisa membawamu ke momen-momen yang membahagiakan.

Bahkan musik bagi banyak orang juga merupakan sumber mata pencaharian. Banyak orang bergelut di bidang musik. Bukan hanya para musisi dan pendukung musisi tapi banyak sektor riil yang menggarap sektor musik ini.

Banyak kita jumpai studio musik misalnya, atau home industri pembuat alat musik, musisi jalananpun banyak yang menggantungkan hidupnya dengan musik.

Wah pokoknya… banyak deh yang bisa kita gali dari satu kata MUSIK ini.

Arti sebuah musik

Pada juli 1965 merilis “like a rolling stone.lagu ini segera mencapai posisi 2 di tangga lagu USA dan 4 di inggris.berdurasi 6.13 menit lagu ini memiliki pengaruh luas dalam tatanan musik pop. Majalah musik amerika rolling stone mendaulat lagu ini sebagai lagu rock n roll terbaik sepanjang zaman. Sepanjang sejarah, kita mencatat sejumlah individu, sejumlah pribadi, yang mengukir namanya dengan tinta emas.

Mereka turut membentuk sejarah, mewarnai peradaban manusia dengan kiprah mereka. Adanya mereka berbeda dengan tiadanya mereka. saat peresmian Bob Dylan sebagai salah seorang yang berhak masuk dalam The Rock & Roll Hall of Fame, musisi kenamaan Bruce Springsteen menyatakan dalam orasinya bahwa, ”Bob telah membebaskan pikiran kita seperti halnya Elvis membebaskan tubuh kita dengan lagu-lagunya… Ia telah mengubah wajah rock and roll untuk selamanya.” Menariknya disini, Rebecca menyandingkan Taufiq Ismail dengan Bob Dylan, pemain musik folk dari Amerika, yang karya-karyanya juga lahir setelah perang dan membawa pembebasan. Karya-karya Taufiq dan Dylan menjadi wakil sejarah perang dan pembebasan, dan menjadi penting di negaranya masing-masing.

Sehingga bisa dikatakan posisi Taufiq Ismail dalam sastrawan dunia merupakan penyair pembebasan yang karyanya sebanding dengan yang terdapat dalam bahasa dan budaya lain. Bob Dylan mengatakan “The answer, my friend, is blowing in the wind.” Jawabannya ada pada kita semua, berhembus ikut angin dan harus kita tangkap senditri. Orang bisa minum banyak obat untuk kuat jalan, tapi sebenarnya yang menyembuhkan penyakit kaki adalah semangat untuk bisa berjalan. Semangat itu bisa ditemukan dalam diri sendiri dengan bantuan orang yang peduli. Like a rolling stone dari album highway 61 revisited.direkam 16 juni dan dirilis lagu ini masuk chart 4 hari kemudian. Jika liriknya merusak semua aturan penulisan lagu saat itu.

Musiknya sendiri menjadi megah dibuka oleh suara organ yang oleh bruce sprinsteen disebuat bagai pukulan snare yang terdengar seperti seseorang yang menendang pintu menuju otak sampai terbuka.ekspresifnya gitar yang bersahuta dengan organ, dibarengi oleh suara anaka muda yang berteriak dengan fasih, menggertak dan demikian sinis. Dan teriakan how does it feel yang berulang-ulang. Awal lagu-proses penciptaan-lirik-lirik-kmentar Dylan sendiri-perjalanan-lagu-pengaruh-pengaruh-kesimpulan-komentar pribadi. Dengan benyaknya program sampah..musik dylan masih relevan,tapi pertanyaannya adalah seberapa banyak anak muda yang mendengarkan karyanya..jawabannya is blowin in the wind, my friend. Tapi arti sebuah musik adalah tidak hanya sekedar pencarian terhadap pelarian lowongan cari kerja. Tapi lebih dari itu untuk cari identitas dari suatu seni yang sangat tak terbatas.

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:

  • Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar
  • Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
  • Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik

Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.

Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

Blast Torment berfiri 3 September 2001 di Padang

Aliran-aliran musik

Berikut adalah daftar aliran/genre utama dalam musik. Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat elektronik dengan musikpop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi yang mengusung jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps dan Lamb. Ada juga hip-hop rok yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock dan neo wave rock yang kini sedang in. banyak kelompok musik baru yang berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The Killers, The Bravery dan masih banyak lagi.

Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu berbahasa daerah dengan irama musik rock, jazz dan blues. Grup musik yang membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya adalah Funk De Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik rock.